Didiklahanak2 kita dengan ilmu agama dan akhlak Karena keduanya adalah bekal utama yang kelak akan terus mereka amalkan dan tunjukkan di mana pun mereka
Pati, – Dinamika perkembangan zaman saat ini menyebabkan serta mengalami banyak perubahan, hal tersebut terlihat dari cara pola pikir secara individual maupun kebudayaan. Bahkan perkembangan tekhnologi baik bidang telekomunikasi dan transportasi juga telah membuka cakrawala berpikir masyarakat, baik dilingkungan perkotaan bahkan sampai pelosok pedesaan . Hal tersebut mempuyai banyak efek, baik positif ataupun negative. Efek positifnya adalah kita merasakan berbagai kemudahan saat ini, akan tetapi kita perlu mewaspadai dan meminimalisir efek negatif dari perkembangan tersebut. Jangan sampai kemajuan-kemajuan saat ini malah menghancurkan anak cucu kita . Na’uudzu billahi min dzaalik. Anak–anak kita merupakan titipan atau amanah dari Allah SWT. untuk kita didik sebaik mungkin agar menjadi hamba-hamba yang mengikuti petunjuk Allah untuk mencari rida dari dzat yang maha Agung lagi maha Mulia. Untuk itu ada tiga hal yang diperintahkan dalam mendidik anak–anak kita, seperti hadist yang diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ali bin Abi Thalib RA bahwa Rasululloh SAW bersabda اادبوا اولادكم على ØÙ„Ø§Ø Ø­ØµØ§Ù„ حب نبيكم وحب ال بيته وتلاوة القراًن فان حملة القران فى ظل الله يوم لاظل الا ظله مع انبياءه واصفيائه “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal; mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Qur’an, karena orang mengamalkan al-Qur’an nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci” Perlu ditekankan dari hadist diatas, bahwasanya mendidik anak-anak kita tidaklah cukup hanya memberi tahu tentang cinta rasul, ahli baitnya, dan membaca alquran, tetapi lebih pada mendidik untuk mengamalkan, membiasakan, membudayakan anak-anak kita untuk selalu mencintai Nabinya, ahli baitnya, juga membaca Alquran. Kiranya hal tersebut tentu membutuhkan keteladanan dari orang tua, sebagai contoh untuk anak anak mereka. Dan kesabaran orang tua dalam membimbing anak-anak mereka mutlak diperlukan sehingga anak-anak kita menjadi pecinta Rasululloh dan keluarganya, juga menjadi pembaca alquran yang ikhlas dan istiqomah, sehingga menjadi generasi yang berakhlaqul karimah dan selalu berpegang teguh pada ajaran alquran. Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak-anaknya, akan menghasilkan aset yang selalu memberikan pahala yang terus mengalir walaupun mereka sudah meninggal, seperti hadist yang diriwayatkan oleh imam Muslim, bahwasanya Rasululloh SAW. bersabda إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَØÙŽØ¹ÙŽ عَمَلُهُ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙØ§ مِنْ ØÙŽÙ„َاØÙŽØ©Ù مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” HR. Muslim no. 1631 Dan betapa bahagianya kita sebagai orang tua yang mempunyai anak-anak sholih yang selalu mengamalkan ilmunya dan mendoakan kita serta menjadi perhiasan kita di dunia dan akhirat. Laporan Syafiq Eljontrowi Andy Abdul Hamid
Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu” Itulah pesan singkat dari Khalifah kedua umat Islam Umar bin Khatab. Di
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu” Itulah pesan singkat dari Khalifah kedua umat Islam Umar bin zaman sekarang ini, tantangan untuk memebesarkan anak benar-benar besar. Mengapa demikian? Karena di zaman sekarang ini banyak model dan konsep pendidikan yang sangat bervariasi. Selain dari konsep dan model pendidikan ini ternyata lingkungan sekitar, budaya, dan pergaulan pun snagat mempengaruhi pendidikan anak. Karena anak-anak sangat mudah terpengaruh begitu saja apa yang menurut mereka asyik dan menarik tanpa memperdulikan batasan norma yang berlaku dalam dapat memberikan kebaikan kepada anak sebaiknya kita memberikan contoh yang baik dan perilaku yang baik supaya anak juga dapat meniru apa yang kita lakukan. Sebaiknya dalam mendidik anak kita terapkan keteladanan yang baik, bimbingan yang baik, nasehat yang baik, dan juga mengingatkan kesalahan-kesalahan anak, menanamkan pemahaman-pemahaman kepada anak. Jika anak membuat kesalahan sebaiknya orang tua tidak memarahi ataupun memberikan hukuman fisik namun memberikan peringatan ataupun arahan agar tidak mengulanginya lagi Naaa disinilah banyak orang tua yang kualahan menghadapi perilaku anak-anak mereka. Ada sebagian orang tua yang membiarkan anak-anaknya tumbuh dalam perkembangan zaman tanpa pengawasan, ada juga orang tua yang mendidik anaknya dengan kekangan atau dengan mengisolisir anak mereka dari perkembangan zaman. Tentu saja cara diatas tidak baik. Sebagai umat islam, kedua pendidikan tersebut sangat tidak di anjurkan, sebab islam itu tetap sekaligus fleksibel, tetap dalam konteks aidahdan ibadah dan fleksibel dalm konteks skill. Seperti yang telah di sampaikan Luqman kepada anaknya yang berbunyi "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar". QS Luqman 13.Jadi maksud dari mendidik anak sesuai zaman ialah mendidik anak dengan mengarahkan anak untuk mampu mensurvive atau denagn mengarahkan anak hidup di zamannya. Sehingga anak akan siap dan mampu untuk menjadi manusia yang mandiri dan membaur kemayarakat. Dalam mendidik anak juga harus pandai dalam memilih pendidikan yang paling utama antara penanaman aqidah dan ibadah atau skill, menurut saya pendidikan yang paling utama adalah penanaman aqidah dan ibadah kepada anak, sebab jika skill yang tidak dilandasi dengan aqidah dan ibadah yang kokoh akan menimbulkan kerusakan dan cenderung membuat anak menjadi yang sudah banyak kita lihat di lingkungan sekitar, bahwa anak-anak yang tidak terdidik dengan baik tanpa penanman aqidah dan ibadah dan norma yang benar membuat anak tidak mampu memegang teguh norma-norma agama,moral dan sosial yang membuat intelektualnya yang tinggi dan integrasinya rendah. Maka sejak anak masih kecil sebagai orang tua kita harus benar-benar mendidiknya dengan cara yang benar dan tepat terapkan keteladanan yang baik, bimbingan yang baik, nasehat yang baik, dan juga mengingatkan kesalahan-kesalahan anak, menanamkan pemahaman-pemahaman kepada anak. Jika anak membuat kesalahan sebaiknya orang tua tidak memarahi ataupun memberikan hukuman fisik namun memberikan peringatan ataupun arahan agar tidak mengulanginya lagi. Orang tua tentunya menginginkan anaknya kelak menjadi orang yang berguna bagi semua orang. Lihat Humaniora Selengkapnya
DidiklahGenerasi Mengikuti Kebutuhan Zamannya! “Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu” – Socrates. Kutipan di atas ditulis oleh Imam Ahmad al-Syahrastani dalam kitabnya yang sangat masyhur terkait sejarah aliran-aliran pemikiran yang hingga saat ini masih
RENUNGAN Amsal 2917 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. Dalam kesempatan berdiskusi dengan anak-anak remaja di sekolah minggu soal siapa idola mereka, berbagai idola yang terlontar dari pembicaraan mereka. Ada yang mengidolakan artis selebriti, penyiar TV, orang kaya raya, ilmuwan, presiden, pemain sepak bola, dan sebagainya. Tentu ada alasannya dalam mereka memilih idolanya. Dari sekian banyak anak remaja yang ditanya, ada 2 orang wanita mengatakan bahwa idolanya adalah ibunya. Terus ada seorang pria katakan bahwa idolanya adalah ayahnya dan satu lagi katakan gurunya. Tentu sangat baik jika seorang anak mengidolakan orang tuanya. Namun tidak banyak seperti itu. Bagi kita para orang tua, tidaklah masalah apakah kita menjadi idola atau tidak. Bahkan mungkin juga kita sangat jauh dari idola tersebut di hati anak-anak kita. Yang penting setiap orang tua wajib mendidik anak-anaknya. Anak-anak juga wajib menerima didikan orang tuanya. Saat mendidik dan dididik sering tidak nyaman, tapi harus. Pendidikan yang baik membuat setiap orang menjadi lebih dewasa. Pendidikan memberikan ketenteraman dan mendatangkan sukacita kata penulis Amsal. Banyak kerusuhan dan kegaduhan terjadi karena ulah orang pintar dan cerdas otaknya serta segudang gelarnya, tapi dia sebetulnya tidak terdidik. Orang seperti ini akan menjadi perusak dan pembawa bencana. Itu yang sering terlihat dan terjadi di keluarga dan masyarakat, bahkan juga di gereja atau persekutuan. Banyak manusia yang encer otaknya dan penuh… banyak tahu, pintar bicara, tapi hatinya keruh dan kerdil. Orang seperti ini sudah belajar banyak hal, tapi tidak terdidik. Ibarat kue… bagus cetakannya, tapi salah resep sehingga tidak bisa dinikmati. Oleh sebab itulah penulis Amsal ingatkan akan pentingnya orang tua mendidik anak-anaknya, dan anak-anak juga harus menerima didikan orang tuanya. Harus berjalan dua-duanya… timbal balik ! Dari pendidikan yang baik itulah datangnya ketenteraman dan kedamaian. Apalagi jika pendidikan itu sumbernya adalah ajaran Yesus, maka SEMPURNA pendidikan kita. Akan muncul generasi yang hebat… cerdas otaknya dan bersih hatinya. Semoga ! Selamat bekerja. Selamat berkarya. Selamat beraktifitas. Selamat melayani. Tuhan senantiasa memberkati dan menyertai kita. Amin. Teriring salam dan doa, Alamta Singarimbun-Bandung Alamta Singarimbun adalah seorang Doktor dari Universitas Kyushu ini bekerja sebagai Dosen di Departemen Fisika ITB sejak tahun 1987 dan juga Dosen Agama & Etika Kristen Protestan di ITB sejak tahún 2011. Tahun 2013 ditahbiskan sebagai Pendeta Kampus Campus Chappel di Gereja Anglikan Indonesia. Baca selengkapnya Comments comments
MAN1Lobar Berangkat dari sebuah Atsar Ali bin Abi Tholib yang cukup fenomenal “ Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu”.Ungkapan tersebut memberikan gambaran bahwa Islam telah mengajarkan dengan sempurna dalam hal mendidik anak, ilmu bersifat dinamis dan selalu berkembang,
Oleh Stefanus Widananta Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan Efesus 6;4 Mendidik anak adalah salah satu tugas dari orang tua, namun sayangnya banyak orang tua yang lebih mementingkan pendidikan intelektual daripada spiritual. Orang tua lebih takut dan kuatir kalau anaknya tidak pintar secara intelektual dan miskin secara materi, daripada tidak memiliki iman yang baik dan bertumbuh. Anak bagaikan kertas kosong ketika mereka dilahirkan, jika kita mendidik dengan warna yang salah, maka mereka akan terbentuk dengan warna yang salah juga. Ketika kita mendidik mereka untuk takut kepada Tuhan, maka didikan itu mendatangkan hikmat. Firman Tuhan mengingatkan kita agar mendidik anak-anak kita di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Bangsa Israel melakukan pendidikan kepada anak-anaknya untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan, secara berulang-ulang dan membicarakan kebenaran firman Tuhan dengan anak-anak mereka, ketika mereka duduk di rumah, ketika mereka sedang dalam perjalanan, ketika berbaring dan ketika mereka bangun. Orang Israel menganggap perintah itu sebagai “syema”, suatu perintah penting yang harus sungguh-sungguh diperhatikan. Bagi orang Israel, pendidikan rohani merupakan bagian integral dari perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Syema ini menjadi cara bagi orang tua unyuk mendidik anak-anaknya. Salomo mengatakan, “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan mendatangkan sukacita kepadamu”. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya. Tuhan Yesus memberkati.
Didiklah anak-anakmu dengan tiga hal, kecintaan kepada nabi, kecintaan kepada keluarga nabi dan membaca Al-Quran karena Bahasa Arab dan Ilmu-ilmu agama. Keunikan Madrasah Aliyah ini adalah kemampuan untuk memadukan kurikulum tahfidzul Quran dengan ilmu umum. Metode tahfidz dengan sistem modern ini masih

didik anak sesuai zamannya eliawati sd silaturahim islamic school Didik anak sesuai zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Mendidik dan membesarkan anak adalah amanah Allah Swt yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pola pendidikan yang terbaik bagi masing-masing anak, apalagi mereka tidak hidup di zaman dahulu. “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu”. Demikian kata Ali bin Abi mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan. Sebuah pembelajaran bagi kita kalau segala sesuatu yang ada di dunia ini serba berubah, sesuatu yang hari ini adalah hal yang istimewa bagi kita di waktu 10 atau 20 tahun mendatang bisa jadi hanya hal yang biasa-biasa saja, sesuatu yang hari ini mustahil bisa jadi suatu saat nanti 10 atau 20 tahun mendatang adalah hal yang sangat mudah sekali. “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya” ketika zaman berubah tentu tantangannya pun berubah, baik itu tantangan bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan lainnya. Perubahan zaman ini pun berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak. Persiapkan anak kita untuk siap menghadapi zamannya bukan zaman kita. Ali bin Abi Thalib Ra. Mengelompokan menjadi 3 cara dalam memperlakukan anak 1. Didik anak sesuai zamannya Usia 0-7 tahun perlakukan anak-anakmu sebagai raja. Melayani anak di bawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan perilakunya. 2. Anak sebagai tawanan usia 8-14 tahun Kedudukan seorang tawanan perang dalam islam sangatlah terhormat. Ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang. 3. Anak sebagai sahabat usia 15-21 tahun Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberikan contoh atau teladan yang baik seperti Berbicara dari hati ke hati Memberi ruang lebih setelah memasuki usia akil baligh agar anak tidak merasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita. Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat, waktu usia 15-21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Demikian lah proses belajar bersama yang harus kita lakukan, semoga kita para orang tua, guru, dan orang dewasa dapat memberikan perlakuan yang tepat pada anak-anak kita, siapapun mereka, dari manapun mereka berasal, dan dimanapun mereka berada, karena anak-anak adalah tanggung jawab kita semua. Oleh Eliawati, Guru SD Silaturahim Islamic School Kunjungi juga Post Views 169

. 376 183 89 214 309 318 155 254

didiklah anakmu dengan ilmu agama